Hal ini juga terkait dengan banyaknya beredar informasi pemberitaan isu negatif yang beredar di masyarakat umum akhir-akhir ini mengenai bahaya dan dampak mie instan yang terjadi pada seseorang alasannya ialah konsumsi mi instan , membuat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ikut angkat suara.
Berikut penjelasan Badan POM terkait isu ancaman mie instan menyerupai yang dilansir dari laman website www.pom.go.id antara lain ialah sebagai berikut :
Beberapa materi kandungan mi instan yang diisukan berbahaya ialah monosodium glutamat , methyl p-hydroxybenzoate , dan asam benzoat.
Monosodium glutamat (MSG) ialah penguat rasa yang memiliki Acceptable Daily Intake (ADI) not specified , artinya bila dikonsumsi setiap hari dalam jumlah wajar tidak menjadikan ancaman terhadap kesehatan. Namun ada beberapa data yang memperlihatkan bahwa beberapa orang tertentu sensitif terhadap MSG.
Menurut Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) , Monosodium Glutamate tidak menjadikan ancaman terhadap kesehatan alasannya ialah memiliki acceptable daily intake (ADI) not specified (tidak dinyatakan).
ADI tidak dinyatakan atau ADI not specified ialah istilah yang digunakan untuk materi tambahan pangan yang mempunyai toksisitas yang sangat rendah , berdasarkan data (kimia , biokimia , toksikologi , dan data lainnya).
Jumlah asupan materi tambahan pangan tersebut jikalau digunakan dalam takaran yang dibutuhkan untuk mencapai efek yang diinginkan serta pertimbangan lain.
FDA juga menyatakan bahwa monosodium glutamat termasuk senyawa yang aman (GRAS atau Generally Recognize As Safe).
Methyl p-hydroxybenzoate atau metil parahidroksibenzoat atau metil paraben ialah bahan pengawet yang diizinkan digunakan dalam produk pangan dengan jumlah tertentu. Metil paraben digunakan untuk mengawetkan kecap yang merupakan bumbu aksesori pada mi instan varian tertentu.
Beberapa negara , menyerupai Taiwan , tidak mengatur penggunaan metil paraben dalam mi instan , walaupun dalam regulasinya diatur pengawet lain dalam produk mi instan dengan tingkat keamanan menyerupai dengan metil paraben , yaitu etil paraben , propil paraben , butil paraben , isopropil paraben dan isobutyl paraben dengan batas maksimum yang ditentukan.
Sampai dikala ini belum ada bukti ilmiah yang sahih yang menyatakan bahwa baik MSG ataupun metil paraben dapat merusak usus , liver , ataupun menyebabkan sakit maag.
Mi Instan Tidak Berbahaya
Ahli Gizi Hardinsyah , profesor dari Institur Pertanian Bogor mengatakan mi instan bukan makanan berbahaya menyerupai informasi yang dilansir dari CNNIndonesia.
Mi instan yang sudah memiliki label Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pasti aman dikonsumsi. Ia pun menampik anggapan bahwa bahan pengawet yang terdapat dalam mi instan berbahaya jikalau dikonsumsi.
"Selagi dikemas dan ada izin Badan POM-nya , tidak lebih batas kadaluarsanya , itu berarti aman ," kata Hardinsyah dikala ditemui dalam peluncuran Indomie My Noodlez di kawaaan Sudirman , Jakarta , belum lama ini.
Anggapan kalau mi sulit dicerna dan akan mengembang di usus pun juga tidak dibenarkan oleh Hardin , sapaan bersahabat Hardinsyah. Katanya , jikalau hal tersebut terbukti benar , setelah makan mi tubuh akan terasa lemas.
Itu tidak benar. Buktinya setelah makan Anda merasa berstamina kan , tidak lemas. Berarti dicerna oleh tubuh ," ujar dia. "Kalau setelah makan terus lemas , organ tubuh pasti ada yang tidak benar , insulinnya tidak berkhasiat dengan baik atau makanan tidak dicerna dengan baik."
Ia justru mengatakan yang seringkali membuat mi menjadi tidak sehat dikonsumsi ialah cara penyajiannya dan konsumsinya. Orang sering menganggap makan mi cukup untuk memenuhi asupan makanan setiap hari alasannya ialah makan mi membuat perut cukup kenyang. Tapi , Hardin menegaskan mengandalkan mi instan sebagai satu-satunya sumber makanan tidaklah dibenarkan.
Tubuh masih butuh asupan nutrisi lainnya untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang setiap hari.
"Panduan gizi seimbang itu berarti , nikmatilah aneka ragam makanan setiap hari. Sumber karbohidrat sudah dari mi , berarti harus ditambah sayur , serat , dan protein.Tapi , ini bukan untuk mengajarkan setiap hari makan mi. Itu juga tidak sehat ," kata dia.
Hardin menegaskan , selagi dimakan beragam , mi tidak bermasalah buat tubuh. Apalagi kini mi sudah diperkaya dengan kandungan vitamin. Namun dalam konsumsinya tetap saja tidak boleh mengandalkan mi saja.
"Harus makan sumber protein , menyerupai buah , sayuran , ikan dan daging. Itu penting alasannya ialah ada keragaman. Kalau tidak , ya tidak terpenuhi kebutuhannya ," ujar Hardin.
Bahaya Tersembunyi Dari Mie Instan
Kontras dengan apa yang diungkapkan Hardinsyah , studi yang gres diterbitkan dalam Journal of Nutrition menyebutkan mereka yang mengonsumsi mi instan memiliki risiko signifikan lebih besar terserang sindrom metabolik , dibandingkan yang hanya mengonsumsi sedikit.
Mereka yang mengonsumsi mi instan lebih dari dua kali seminggu , 68 persen lebih mungkin terserang sindrom metaboli , yakni , sekelompok gejala menyerupai obesitas , tekanan darah tinggi , peningkatan kadar gula darah yang tinggi , peningkatan trigliserida yang tinggi , dan tingkat kolesterol HDL yang rendah.
Dalam sebungkus mi instan , terkandung daftar panjang zat aditif , termasuk di dalamnya , monosodium glutamat (MSG) yang bertanggung jawab atas rasa gurih pada makanan favorit orang Indonesia tersebut.
Zat tersebut menyebabkan disfungsi dan kerusakan otak pada banyak sekali derajat , bahkan berpotensi memicu atau memperburuk ketidakmampuan berguru , penyakit Alzheimer , Parkinson , penyakit Lou Gehrig , dan masih banyak lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar