Makna Arti Sabar
Secara bahasa , tabah bermakna dan mempunyai pengertian menahan diri. Sedangkan secara syariat , pengertian sabar yaitu menahan diri dari hal yang tidak diridhai Yang Mahakuasa SWT , sehingga melaksanakan hal yang diridhai Yang Mahakuasa swt. Oleh karena itu , tabah diharapkan dalam melaksanakan setiap perintah Allah.
Ismail berusia belia ketika memulai perjalanannya menuju Yang Mahakuasa SWT. Ibunya membawanya dan menidurkannya di atas tanah , yaitu daerah yang sekarang kita kenal dengan nama sumur zamzam dalam Ka'bah. Saat itu daerah yang dihuninya sangat tandus dan tidak ada di sana setetes air pun di daerah itu.
Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya , Hajar , bersama anaknya yang kecil. "Wahai Ibrahim kemana engkau hendak pergi dan membiarkan kami di lembah yang kering ini?" Kata Hajar. "Wahai Ibrahim di mana engkau akan pergi dan membiarkan kami? Wahai Ibrahim ke mana engkau akan pergi?" Si ibu mengulang-ulang apa yang dikatakannya. Sedangkan Nabi Ibrahim membisu dan tidak menjawab.
Kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana perasaan Nabi Ibrahim ketika meninggalkan mereka berdua di suatu lembah yang tidak ada tumbuh-tumbuhan dan minuman. Namun karena Yang Mahakuasa SWT telah memerintahkannya untuk meninggalkan mereka di lembah itu , maka dengan ikhlas Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Yang Mahakuasa SWT.
Ujian bagi nabi Ibrohim tidak hanya berhenti pada lingkungan yang keras , tandus , atau tantangan dakwah dari masyarakat atau bahkan penguasanya , namun juga ujian berupa datangnya perintah yang sangat berat dari Yang Mahakuasa SWT , yaitu menyembelih anak yang dicintainya dan dinanti-nanti kehadirannya semenjak lama. Al-Quran begitu cantik menggambarkan dialog antara Nabi Ibrahim dan Ismail ketika itu :
"Maka tatkala anak itu hingga (pada umur sanggup) berusaha tolong-menolong Ibrahim , Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku , kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Yang Mahakuasa engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".(QS Ash Shaffat [37]:102).Dalil mengenai berkurban dan keutamaan berqurban yaitu ibarat yang tercantum dalam sejarah disyariatkan berkurban ini yaitu merupakan episode dari sejarah dan pelajaran serta ibrah dari cerita Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Yang Mahakuasa memerintahkan bapak para nabi , Ibrahim ‘alaihissalam untuk menyembelih putranya Ismail , maka dia dengan serta merta memenuhi perintah Yang Mahakuasa dengan tanpa ada keraguan. Maka sebagai ganti Nabi Ismail Yang Mahakuasa menurunkan dari langit :"Dan Kami tebus anak itu dengan dengan seekor sembelihan yang besar. "(Q.S Ash-Shaffat 107).
Betapa beratnya cobaan yang Yang Mahakuasa Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada Ibrahim ‘alaihissalam serta betapa besarnya pengorbanannya sebagai bentuk pembuktian dirinya sebagai hamba Yang Mahakuasa Subhanahu wa Ta’ala yang berserah diri sepenuhnya , dan sebagai khalilullah yang memurnikan kecintaannya hanya untuk-Nya. Dan ini menunjukkan bahwa Yang Mahakuasa Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menunjukkan cobaan kepada hamba-hamba-Nya dengan banyak sekali jenis cobaan , untuk menunjukan keimanan hamba tersebut. Kisah Penyembelihan Nabi Ismail a.s. yang hingga ketika ini masih terus menunjukkan ibrah dan pelajaran serta pesan yang tersirat yang sangat banyak bagi kita umat islam
Ibrahim ‘alaihissalam hasilnya memang tidak melaksanakan penyembelihan terhadap anaknya , alasannya yaitu Yang Mahakuasa Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan ujian tersebut bukan dalam rangka mewujudkan penyembelihan terhadap anaknya tersebut , namun semata-mata untuk menunjukan kecintaan Ibrahim ‘alaihissalam yang murni hanya untuk Yang Mahakuasa Subhanahu wa Ta’ala.
Sungguh teramat banyak cerita usaha yang dialami nabi Ibrahim as. Kesabaran dan pengorbanannya begitu banyak digambarkan secara terserak dalam ayat-ayat Al-Quran. Dari mulai masa mudanya yang dihabiskan untuk berdakwah kepada umatnya yang masih bergelimpang dalam kemusyrikan , bahwa keluarga terdekatnya sendiri yaitu pembuat berhala yang dipuja-puja dan disembah masyarakatnya. Belum lagi ketika berhadapan dengan kesombongan Raja Namrud , hingga berujung pada peristiwa pembakaran diri dia , yang kemudian diselamatkan oleh Yang Mahakuasa SWT , yang dengan kuasanya menyebabkan api yang mengkremasi dirinya menjadi masbodoh dan menyelamatkan. Yang Mahakuasa SWT berfirman : "Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah , dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim".(Al-Anbiya 69)
Demikianlah , beberapa pelajaran yang mampu dipetik dari cerita Nabi Ibrahim as. Kita pun mampu mengusahakannya. Letak tabah yaitu hati. Hati insan bukan milik manusia. Kadang insan bersedih tanpa diinginkannya. Kadang insan ingin bersemangat dalam bekerja , tapi tiba-tiba kendur. Hati yaitu milik Yang Mahakuasa swt. Allah-lah yang berkuasa membolak-balikkan hati sekehendak-Nya. Kalau demikian , ketika ingin tabah , yang mampu dilakukan insan yaitu mensuasanakan hatinya sehingga tabah itu hadir dalam hati. Bagaimana caranya?
Kalau kita cinta kepada Allah swt. , kita akan melaksanakan semua yang diinginkan-Nya. Kalau kita takut kepada neraka Yang Mahakuasa swt. , kita akan melaksanakan apa saja yang dapat melindungi diri kita dari siksaannya. Kalau kita yakin kematian pasti akan datang sewaktu-waktu , kita tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun kesempatan mencari bekal untuk perjalanan akhirat. Kalau kita mengakui banyaknya nikmat-nikmat dari Yang Mahakuasa swt. yang kita rasakan , kita akan aib dengan ibadah-ibadah kita yang sedikit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar